Beranda LifeStyle ‘Facebook Papers’ Menjadi Bukti Betapa Bejatnya Para Petinggi Facebook

‘Facebook Papers’ Menjadi Bukti Betapa Bejatnya Para Petinggi Facebook

27
Founder Facebook, Mark Zuckerberg

varianews.id – Raksasa sosial media terbesar di dunia, Facebook, kembali didera masalah. Dokumen internal perusahaan Facebook yang disebut sebagai ‘Facebook Papers’ telah bocor ke publik. Pelapor sekaligus whistleblower dokumen ini adalah Frances Haugen, yang merupakan mantan karyawan Facebook.

Di dalam dokumen ini terdapat beberapa pandangan yang mendalam, antara lain mengenai budaya perusahaan Facebook, pendekatan yang dilakukan terhadap mis-informasi dan moderasi ujaran kebencian, penelitian riset algoritma untuk linimasa berita, hingga terkait bagaimana komunikasi internal perusahaan. Bahkan dokumen itu juga mengungkap, bagaimana Facebook telah mengetahui adanya perdagangan manusia di kalangan pekerja pembantu rumah tangga, sejak tahun 2018.

Melalui kuasa hukumnya, France Haugen telah menyerahkan lebih dari sepuluh ribu halaman dokumen internal Facebook, kepada Komisi Sekuritas dan Bursa di Amerika Serikat sebagai bukti materi yang diajukan dalam sidang Kongres. Namun ‘Facebook Papers’ yang telah diserahkan kepada Kongres, adalah dokumen yang sudah disunting dan ditinjau ulang oleh konsorsium dari 17 lembaga pers di Amerika Serikat.

“Produk Facebook membahayakan anak-anak, memicu perpecahan, dan melemahkan demokrasi kita.” ujar France Haugen dalam kesaksiannya di Kongres pada awal oktober lalu.

Haugen memaparkan, para pemimpin Facebook sebenarnya tahu bagaimana cara membuat Facebook dan Instagram lebih aman. Namun mereka tidak akan membuat perubahan yang diperlukan, lantaran lebih mementingkan keuntungan astronomis mereka di atas orang-orang.

“Tindakan kongres diperlukan, karena mereka tidak akan pernah menyelesaikan krisis ini tanpa bantuan dari anda.” ucap Haugen yang terus berupaya mendesak anggota parlemen agar segera mengambil tindakan.

Di dalam dokumen itu juga tercatat, bagaimana karyawan Facebook telah berulang kali memprotes perusahaan atas kegagalan mengekang penyebaran konten yang menghasut kekerasan di negara-negara berisiko, seperti Ethiopia dan Amerika Serikat.

Selain itu, internal perusahaan Facebook juga telah mengetahui bagaimana gerakan untuk menerobos Gedung Putih. Gerakan itu terorganisir secara online dengan menggunakan Facebook sebagai media untuk mengatur, dan menggerakkan pemberontakan yang dapat berakhir dengan kekerasan.

Tinggalkan Balasan