Beranda LifeStyle Desakan Hapus Menwa Dari Kampus, Nadiem Makarim Diminta Gerak Cepat

Desakan Hapus Menwa Dari Kampus, Nadiem Makarim Diminta Gerak Cepat

50
Duka cita di Kampus UNS, atas meninggal Gilang Endi Saputra.

varianews.id – Pengamat pendidikan, Doni Koesoema mengatakan, kegiatan mahasiswa dalam bentuk militerisme sudah tidak relevan lagi. Apalagi ditengah kondisi saat ini yang lebih mengutamakan inovasi.

Doni menyatakan hal itu terkait adanya tuntutan untuk membubarkan Resimen Mahasiswa (Menwa), setelah meninggalnya anggota Menwa, Gilang Endi Saputra. Gilang merupakan mahasiswa Universia Sebelas Maret (UNS) di Solo Jawa Tengah. Korban tewas saat mengikuti pendidikan dan latihan dasar atau Diklatsar, di kawasan Jembatan Jurug, pada Minggu (24/10).

Doni Koesoema, menyebut kekerasan dalam kegiatan Menwa merupakan persoalan yang menjadi laten, lantaran peristiwa serupa berulang kali terjadi. Maka sebab itu, Doni mendesak Mendikbud-Ristek, Nadiem Makarim, agar segera bertindak cepat dengan mengeluarkan peraturan yang berisi pembubaran Menwa.

Sementara itu, sejumlah mahasiswa Universitas Sebelas Maret menyalakan 100 lilin di area kampus sebagai bentuk solidaritas untuk Gilang. Mereka juga mendesak pihak kampus, agar segera membubarkan Korps Mahasiswa Siaga Batalyon 905 Jagal Abilawa UNS.

Sementara pihak UNS telah membentuk tim evaluasi, yang nantinya akan memberikan rekomendasi apakah Menwa akan dibubarkan atau tidak.

Disisi lain, Juru bicara Kemendikbudristek, Anang Ristanto, mengatakan Ditjen Diktiristek telah berkoordinasi dengan pimpinan UNS untuk mendukung penyelidikan dari kepolisian guna mengetahui penyebabnya.

Menurut informasi dari Kepolisian Jawa Tengah, meninggalnya Endi akibat dugaan kekerasan yakni berupa pemukulan di kepala, sehingga terjadi penyumbatan di bagian otak.

Sejarah Pembentukan Menwa

Dalam keterangan lanjutan dari Pengamat pendidikan, Doni Koesoema, bahwa keberadaan Menwa pertama kali dibentuk oleh AH.Nasution. Saat itu sang Jenderal Bintang Empat, mengusulkan Menwa dilatih secara militer seperti menggunakan senjata, taktik pertempuran, survival, bela diri militer, dan penyamaran.

Pada saat itu Menwa dipersiapkan sebagai salah satu komponen pertahanan sipil, dan pernah menjadi bagian dari tim sukarelawan yang dikirim ke Papua.

Namun pada era Orde Baru, keberadaan Menwa berubah menjadi sumber informasi bagi penguasa.

“Era Orde Baru semua dikontrol, termasuk kampus. Menwa tujuannya untuk menjaga, mengendalikan, dan menjadi informan penguasa. Sehingga begitu ada gerakan demonstrasi anti-pemerintah, langsung dihentikan atau dicegah oleh Menwa.” kata Doni.

Meski saat ini Menwa berada di bawah kewenangan rektorat, tapi pihak kampus tidak betul-betul mengawasi kegiatan unit kegiatan mahasiswa tersebut. Dalam kasus meninggalnya mahasiswa di UNS, ia menilai pihak rektorat tidak bisa lepas tangan.

Tinggalkan Balasan